Sarung Tangan untuk Tuna Netra



                                                                                                               

Aziz Mustofa1, Bagus Bintang Febianda2, Cornelia Donarvi Permatasari3, Yeni Eka Pratiwi4
Samuel Beta

Jurusan Teknik Elektro, Program Studi D3 Teknik Elektronika

Politeknik Negeri Semarang

Jln. Prof. H. Sudarto, S.H., Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. 50275.
Telp. (024)7473417, Website :www.polines.ac.id, email : mailto:sekretariat@polines.ac.id


Abstrak Sarung tangan tepat guna bagi penyandang tuna netra yang dilengkapi dengan sensor jarak HC-SR04, bisa menghasilkan bunyi, serta getaran apabila mendeteksi barang maupun manusia disekitar pengguna, lebih efektif dalam hal pemakaian dan penyimpanan. (Abstrak)
Keywords—Sarung tangan, Sensor Jarak, Bunyi, Getaran (key words)

I.     PENDAHULUAN

Dewasa ini, perkembangan dan kemajuan teknologi digital yang begitu pesat menyebabkan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan manusia. Perkembangan teknologi sudah membantu dalam penyelesaian pekerjaan. Dalam bidang apapun, termasuk di dalamnya pembuataan alat bantu pengenalan lingkungan tuna netra. Sebagaimana kita ketahui alat bantu yang sifatnya tradisonal masih dirasa kurang membantu dalam penanganan pengenalan lingkungan tuna netra.
Tuna netra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam penglihatannya. Alat bantu bagi tuna netra dengan menggunakan tongkat stainless steel, yaitu berwarna putih dengan sensor di
bagian tengahnya. Akibat hilang atau berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka peyandang tuna netra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya, terkadang juga mereka menemukan kesulitan dalam mencari jalan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan tongkat tradisional tersebut.  Memang benar tongkat berfungsi sebagai petunjuk jalan dan untuk mempermudah aktifitas sehari-hari dan juga tongkat sebagai pengganti mata. Tetapi tongkat juga masih terdapat kelemahan di dalam. tongkat tradisional dimana juga tersebut susah untuk mengenali suatu benda yang ada di depan kita. yang sering kali tuna netra gunakan adalah menggunakan perkiraan ketika memasuki jalan yang naek.
Untuk membuat alat bantu tersebut, dibutuhkan sebuah perangkat lunak dan perangkat keras. Dimana untuk mengendalikan perangkat keras tersebut dibutuhkan sebuah mikrokontroler, yaitu sebuah komponen elektronik yang dapat bekerja sesuai dengan program yang diisikan ke dalam memorinya seperti layaknya sebuah komputer yang sangat sederhana. Mikrokontroler sangat cocok digunakan dengan tujuan yang spesifik karena perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program kontrol disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.  Tuna netra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tuna netra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan, yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tuna netra menurut Somantri (2006) adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Penyandang cacat netra merupakan individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerimaan informasi dalam kegiatan harian seperti halnya orang awas (Somantri, 2006). Karena tuna netra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tuna netra adalah media yang digunakan harus bersifat tactual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.[1]
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dibuatlah sarung tangan tunanetra sebagai pengganti tongkat tunanetra. Sarung tangan yang dilengkapi dengan sensor jarak HC-SR04, bunyi yang dihasilkan dari buzzer dan getaran dari motor getar ini dinilai lebih efektif untuk digunakan sehari-hari. Untuk pemakaian dan penyimpanannya juga akan lebih mudah. Alat ini menggunakan baterai sebagai catu daya, yang artinya dapat diisi kembali apabila dayanya sudah habis.

II.    TINJAUAN PUSTAKA

A.    Sensor Jarak HC-SR04

      Gelombang ultrasonik merupakan gelombang akustik yang memiliki frekuensi mulai 0 kHz hingga sekitar 20 MHz.frekuensi kerja yang digunakan dalam gelombang ultrasonik bervariasi tergantung pada medium yang dilalui, mulai dari kerapatan rendah pada fasa gas, cair hingga padat. Ketika gelombang ultrasonik menumbuk suatu penghalang maka sebagian gelombang tersebut akan dipantulkan sebagian diserap dan sebagian yang lain akan diteruskan (Ulfah, 2011).[2]
      Sensor ultrasonik adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk mengubah besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik dan sebaliknya (gambar 2). Cara kerja sensor ini didasarkan pada prinsip dari pantulan suatu gelombang suara sehingga dapat dipakai untuk menafsirkan eksistensi (jarak) suatu benda dengan frekuensi tertentu. Disebut sebagai sensor ultrasonik karena sensor ini menggunakan gelombang ultrasonik (bunyi ultrasonik).[3]

Gambar 2.1 Skematik Rangkaian Sensor Ultrasonik [4]
Prinsip kerja sensor ini adalah transmitter mengirimkan sebuah gelombang ultrasonik lalu diukur dengan waktu yang dibutuhkan hingga datangnya pantulan dari objek Lamanya waktu ini sebanding dengan dua kali jarak sensor dengan objek, sehingga jarak sensor dengan objek dapat ditentukan persamaan :
Keterangan :
s = jarak (meter)
v = kecepatan suara (344 m/detik)
t = waktu tempuh (detik) [5]

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik [6]

B.    Modul Charger TP4056

TP4056 adalah sebuah charger linier arus-konstan/ tegangan konstan lengkap digunakan untuk baterai berjenis lithium-ion sel tunggal. Jumlah komponen eksternal yang rendah membuat TP4056 ideal untuk diaplikasikan pada perangkat portabel. TP4056 ini juga dapat bekerja menggunakan USB (Universal Serial Bus) dan adapter termal yang sudah terdapat pada rangkaian tersebut untuk membatasi suhu ketika terjadi daya berlebih atau suhu lingkungan yang meningkat. Regulator TP4056 ini juga dapat memutus arus jika daya pada baterai telah terisi dengan penuh sehingga aman saat akan digunakan untuk pengisian alat elektronik.

Gambar 2.3 Modul Charger TP4056

C.    Arduino Nano

Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hardwarenya memiliki prosesor Atmel AVR dan softwarenya memiliki bahasa pemrograman sendiri. (Hendriono, 2010).[7]
Arduino Nano merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang berukuran kecil yang berbasis pada teknologi ATMEGA 328. Arduino jenis ini fungsinya hampir sama dengan mikrokontroler Arduino lainnya, perbedaan yang signifikan yaitu ukuran dari mikrokontroler yang lebih kecil. Arduino Nano ini menggunakan mini-B USB sebagai konektor dan tidak terdapat jack power DC. Arduino ini diproduksi oleh Gravitect.[8]

Gambar 2.4 Arduino Nano Tampak Depan


Gambar 2.5 Arduino Nano Tampak Belakang

D.    Passive Buzzer

Yudhosetyo (2011) mengartikan buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara.[9] Buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.[10]
Gambar 2.6 Passive Buzzer

E.    Motor Getar

Motor DC Getar Menurut Radita Arindya (2012) motor arus searah (DC) adalah motor yang menggunakan sumber tegangan DC dan pada umumnya digunakan pada torsi yang relative kecil dan menggunakan magnet permanen. Selanjutnya menurut Sumardi (2012) motor DC adalah perangkat mesin pertama yang mengkonversi besaran listrik menjadi besaran mekanik.  Franky (2011) mengatakan motor DC sering digunakan dalam rangkaian elektronika untuk menggerakkan roda. Motor DC aktif jika pin-pinnya dihubungkan ke kabel positif dan kabel negatif tegangan DC. Jika pin-pin motor DC dihubungkan ke baterai, motor DC akan berputar searah. Jika ingin motor DC berputar berbalik arah, pemasangan kabel pada motor DC dibalik.[9]

Gambar 2.7 Motor DC

III.   PERANCANGAN

Bab ini membahas keseluruhan dari perancangan sistem yang akan dibuat. Perancangan sistem terdiri dari perancangan perangkat mekanik, perancangan perangkat keras, dan perancangan perangkat lunak. Gambar 3.1 merupakan diagram blok sistem secara keseluruhan.

A.    Diagram Blok Sistem



Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

B.    Cara Kerja Diagram Blok Sstem

Langkah utama untuk menjalankan sistem adalah menekan sakelar ON/OFF. Saat sakelar posisi ON, maka arduino akan menyala dan sistem dapat dijalankan. Sensor jarak HC-SR04 akan mendeteksi keberadaan objek disekitar penggna yang kemudian akan diproses oleh arduino. Hasil dari proses tersebut akan menghasilkan suara yang dikeluarkan oleh buzzer. Semakin dekat jarak objek terhadap sensor, maka suara yang dihasilkan oleh buzzer akan semakin cepat disertai dengan getaran yang dihasilhkan oleh motor getar. Semua komponen tersebut akan diletakkan pada kotak kecil yang nantinya ditempelkan secara tidak permanen pada sarung tangan. Yang artinya sarung tangan tersebut dapat dengan mudah dibersihkan tanpa khawatir akan merusak komponen elektroniknya.

C.    Perancangan Elektronik

Komponen-komponen yang digunakan disusun pada sebuah papan PCB dengan susunan sebagai berikut :
Gambar 3.2 Gambar Pengawatan pada PCB

D.    Gambar Pengawatan




 

 Gambar 3.3 Pengawatan Luar



Gambar 3.4 Pengawatan Dalam




Gambar 3.5 Pengawatan Zoom-in


E.    Gambar Rangkaian Lengkap 


 Gambar 3.6 Gambar Rangkaian Lengkap

F.    Gambar Diagram Alir



Gambar 3.7 Gambar Diagram Alir pada Arduino

IV.   PERANCANGAN MEKANIK

      Pada alat ini menggunakan kotak kecil untuk meletakkan komponen-komponen yang digunakan.Kotak ini nantinya akan dipasang secara tidak permanen pada sarung tangan dengan menggunakan perekat. Sedangkan sensr jarak HC-SR04 akan dipasang pada sarung tangan menggunakan perekat dan kemudian dihubungkan pada sitem menggunakan kabel jumper.


Gambar 4.1 Gambar Kotak komponen



Gambar 4.2 Kotak komponen yang direkatkan pada Sarung Tangan Tuna Netra


Gambar 4.3 Posisi Sensor Jarak HC-SR04 pada Sarung Tangan Tuna Netra


V.    PENGUJIAN DAN ANALISA

      Ada beberapa tahap pengujian yang akan dibahas pada bab ini. Tahap-tahap yang dibahas yaitu pengujian perangkat hardware, pengujian pin-pin yang digunakan pada Arduino Nano, pengujian sensor jarak HC-SR04, pengujian daya baterai, pengujian buzzer dan motor getar sebagai luaran.

A.    Tabel Hasil Pengukuran


Tabel 5.1 Tabel Hasil Pengukuran Sarung Tangan Tunanetra

B.    ANALISA

Dari hasil percobaan, sensor jarak HC-SR04 mampu mendeteksi objek dengan baik dan didapatkan hasil seperti pada tabel 5.1. Jarak terdekat yang terukur oleh sensor adalah 3 cm, dengan jeda bunyi buzzer nyala 100 ms dan buzzer mati 40 ms. Begitu juga dengan jeda pada motor getar. Untuk jarak terjauh yang dapat terukur oleh sensor adalah 50 cm, dengan jeda bunyi buzzer nyala 100 ms dan buzzer mati 1000 ms. Sedangkan pada motor getar juga memiliki jeda yang sama seperti pada sensor jarak HC-SR04.

VI.   KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan alat yang telah dirancang pada proyek arduino ini.

A.    Kesimpulan

1.     Dengan adanya Sarung tangan Tunanetra ini, dapat memudahkan para penyandang tunanetra sebagai penanda adanya halangan suatu objek yang ada disekitar pengguna saat sensor mendeteksi.
2.     Adanya sensor HC-SR04 berfungsi untuk mendeteksi penghalang/objek yang terdapat di dekat pengguna sesuai jarak yang dapat dijangkau oleh sensor. Jika objek terdeteksi maka sensor ON, lalu akan diproses oleh Arduino Nano, yang kemudian mengaktifkan buzzer dan motor getar. Saat sensor dijauhkan dari objek, maka sensor akan OFF.

B.    Saran

1.     Untuk proyek selanjutnya bias dikembangkan lagi untuk desain bias lebih diringkas.
2.     Ditambah intidator suara untuk setiap jarak yang diukur oleh sensor.

VII.  DAFTAR PUSTAKA


 [1]   C. Setiawan, “Prototype Alat Bantu Tuna Netra Berupa Tongkat Menggunakan Arduino dan Sensor Ultrasonik,” J-Intech, vol. 5, no. 2, 2017.

[2]    Andreas and W. Wendanto, “Tongkat Bantu Tunanetra Pendeteksi Halangan Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Arduino,” Ilm. Go Infotech, vol. 22, no. 1, pp. 24–30, 2016.

[3]    R. C. G. Tangdiongan, E. K. Allo, and S. R. U. A. Sompie, “Rancang Bangun Alat Bantu Mobilitas Penderita Tunanetra Berbasis Microcontroller Arduino Uno,” UNIVERSITAS SAM RATULANGI, 2017.

[4]    M. K. Saidul, A. R. Hakim, and B. Harpad, “Tongkat Tuna Netra Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Atmega 16,” Tek. Inform. STMIK Widya Cipta Dharma.Teknologi Informasi, Politek. Negeri Samarinda, no. 25, pp. 96–102, 2017.

[5]    B. Arasada and B. Suprianto, “Aplikasi Sensor Ultrasonik Untuk Deteksi Posisi Jarak Pada Ruang Menggunakan Arduino Uno Aplikasi Sensor Ultrasonik Untuk Deteksi Posisi Jarak Pada Ruang Menggunakan Arduino Uno Bakhtiyar Arasada Bambang Suprianto,” J. Tek. Elektro, vol. 6, no. 2, pp. 137–145, 2017.

[6]    E. S. Purnomo, A. F. Rochim, and E. D. Widianto, “Handsight: Hand-Mounted Device untuk Membantu Tunanetra Berbasis Ultrasonic dan Arduino,” J. Teknol. dan Sist. Komput., vol. 3, no. 1, pp. 51–57, 2016.

[7]    A. I. Ahmad Fauzan, Tjut Awaliyah Zuraiyah, “Rancang Bangun Alat Bantu Untuk Tunanetra Menggunakan Sensor Ultrasonik Dan Sistem Penentuan Lokasi Berbasis Mobile,” RANCANG BANGUN ALAT BANTU UNTUK TUNANETRA MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK DAN SISTEM PENENTUAN LOKASI BERBASIS MOBILE Ahmad Fauzan, Tjut Awaliyah Zuraiyah1, Agus Ismangil2 Program Studi Ilmu Komputer Fakultas MIPA – U, 2016.

[8]    A. IRAWAN, “SEPATU ALAT BANTU TUNANETRA MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK HC-SR04 DAN SENSOR WARNA TCS3200 BERBASIS ARDUINO NANO ATMEGA 328,” UNIVERSITAS LAMPUNG, 2018.

[9]    S. Suhaeb, “Desain Tongkat Elektronik Bagi Tunanetra Berbasis Sensor Ultrasonik Dan Mikrokontroller Atmega8535,” J. Sci. Pinisi, vol. 2, Nomor 2, pp. 131–136, 2016.

[10]  I. Mahdi, “Rancang Bangun Sistem Pendeteksi Penyusup Menggunakan Sensor Passive Infrared Dengan Bunyi Alarm Dan Mengirim Pesan Singkat,” UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA, 2018.



LAMPIRAN
1. Jurnal



BIODATA PENULIS


Aziz Mustofa. Penulis dilahirkan di Kota Semarang, 26 April 1998. Penulis telah menempuh pendidikan formal di SD Negeri 4 Pudak payung Semarang, SMPN 12 Semarang, dan SMAN 9 Semarang. Pada tahun 2016 penulis mengikuti seleksi mahasiswa baru diploma (D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3 Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM. 3.32.16.1.04.
Apabila terdapat kritik, saran, dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa menghubungi melalui E-mail : azizmustofa83@yahoo.co.id


Bagus Bintang Febianda. Penulis dilahirkan di Kabupaten Semarang, 6 Febuari 1998. Penulis telah menempuh pendidikan formal di SD Negeri Kupang 1 Ambarawa, SMPN 2 Ambarawa, dan SMKN 2 Salatiga. Pada tahun 2016 penulis mengikuti seleksi mahasiswa baru diploma (D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3 Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM. 3.32.16.1.05.
Apabila terdapat kritik, saran, dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa menghubungi melalui E-mail : bagusbintang77@gmail.com


Cornelia Donarvi Permatasari. Penulis dilahirkan di Kota Semarang, 28 Agustus 1997. Penulis telah menempuh pendidikan formal di SD Negeri Panjang 2 Ambarawa, SMPN 2 Ambarawa, dan SMA Islam Hidayatullah Semarang. Pada tahun 2016 penulis mengikuti seleksi mahasiswa baru diploma (D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3 Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM. 3.32.16.1.06.
Apabila terdapat kritik, saran, dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa menghubungi melalui E-mail : corneliadonarvi28@gmail.com


Yeni Eka Pratiwi. Penulis dilahirkan di Kota Waringin Timur, 15 Juni 1998. Penulis telah menempuh pendidikan formal di SD Negeri 2 Jurug Boyolali, SMPN 2 Mojosongo Boyolali, dan SMAN 1 Teras Boyolali. Pada tahun 2016 penulis mengikuti seleksi mahasiswa baru diploma (D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3 Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM. 3.32.16.1.24.
Apabila terdapat kritik, saran, dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa menghubungi melalui E-mail : yennprtw1506@gmail.com



1 komentar:

 
Belajar Mikrokontroler 2018 © Politeknik Negeri Semarang. Teknik Elektronika. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top